Negosiasi adalah salah satu tahapan paling penting dalam pengadaan barang maupun jasa. Bagi banyak panitia, negosiasi sering dianggap sebagai sesi formalitas: bertemu penyedia, meminta penurunan harga, lalu menutup pertemuan. Padahal, negosiasi yang baik bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk mendapatkan nilai terbaik, memastikan kualitas tetap terjaga, dan mengurangi risiko pelaksanaan kontrak. Untuk menjalankan negosiasi yang efektif, panitia tidak hanya perlu memahami teori, tetapi juga harus bisa melihat situasi nyata, membaca dinamika penyedia, dan mengambil keputusan yang tepat di saat yang tepat.
Artikel ini menghadirkan beberapa contoh skenario negosiasi di dunia pengadaan. Skenario-skenario ini tidak hanya menggambarkan dialog, tetapi juga konteks, strategi, kesalahan umum, dan bagaimana panitia dapat mengelola negosiasi secara profesional. Dengan memahami contoh konkret ini, tim pengadaan dapat membangun intuisi praktis yang lebih kuat untuk menghadapi situasi di lapangan.
Skenario 1: Penyedia Menawarkan Harga Tinggi di Atas Estimasi
Salah satu situasi paling umum dalam pengadaan adalah ketika penyedia memberikan harga yang jauh lebih tinggi dari estimasi panitia. Kondisi ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti lonjakan biaya produksi, perubahan harga pasar, atau margin yang tidak realistis dari penyedia. Jika tidak ditangani dengan baik, negosiasi bisa buntu atau berakhir dengan kesepakatan yang merugikan instansi.
Dalam skenario ini, panitia telah melakukan survei pasar dan menetapkan HPS yang masuk akal. Namun penyedia mengajukan harga yang 20–30 persen lebih tinggi dari estimasi. Panitia perlu mengelola negosiasi dengan pendekatan rasional, berbasis data, dan tetap menjaga hubungan baik.
Langkah pertama adalah meminta penyedia menjelaskan struktur biaya secara objektif. Daripada langsung meminta penurunan harga, panitia harus menanyakan alasan di balik komponen biaya yang terlalu tinggi. Penyedia mungkin menyampaikan kenaikan harga bahan baku, biaya transportasi, atau spesifikasi tambahan yang mereka masukkan tanpa diminta.
Setelah mendengar penjelasan, panitia menunjukkan data pasar bahwa harga barang di pasaran tidak setinggi itu. Panitia juga menunjukkan perbandingan penawaran dari penyedia lain, tanpa harus menyebut angka secara spesifik, untuk menunjukkan bahwa harga tersebut tidak kompetitif. Dengan data tersebut, penyedia biasanya lebih terbuka untuk meninjau ulang komponen harga.
Pada akhirnya, panitia menawarkan alternatif: menyesuaikan item yang tidak terlalu kritis atau memberikan opsi merek lain yang masih sesuai spesifikasi. Dengan cara ini, penyedia tetap bisa memberikan harga yang lebih masuk akal tanpa merasa ditekan secara berlebihan.
Skenario 2: Penyedia Memberikan Spesifikasi Berlebih dari Kebutuhan
Dalam banyak kasus, penyedia menawarkan barang dengan spesifikasi lebih tinggi atau fitur tambahan yang sebenarnya tidak diminta oleh panitia. Ini bisa terjadi karena penyedia ingin memberikan produk premium, ingin menonjol dalam kompetisi, atau ingin mendorong merk tertentu. Jika spesifikasi berlebih ini diterima begitu saja, panitia bisa membayar lebih mahal untuk fitur yang tidak diperlukan.
Misalnya, panitia meminta laptop kelas menengah untuk penggunaan administratif, tetapi penyedia menawarkan laptop kelas lebih tinggi dengan spesifikasi gaming yang tidak relevan. Harga pun menjadi jauh lebih mahal. Panitia perlu menegosiasikan penawaran tersebut dengan bijaksana.
Dalam skenario ini, panitia harus terlebih dahulu memastikan bahwa spesifikasi tambahan tersebut benar-benar tidak diperlukan. Setelah itu, panitia meminta penyedia menjelaskan alasan memasukkan fitur tambahan. Penyedia mungkin berpendapat bahwa produk tersebut yang paling banyak tersedia atau lebih tahan lama. Namun panitia harus mengingatkan bahwa pengadaan harus sesuai kebutuhan organisasi, bukan sesuai portofolio penyedia.
Panitia kemudian meminta opsi alternatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan, bahkan jika itu berarti menggunakan merek lain dari penyedia yang sama. Penyedia pun memberikan penyesuaian spesifikasi dan harga yang lebih rendah. Hasilnya, organisasi mendapatkan barang yang benar-benar sesuai, anggaran lebih efisien, dan negosiasi tetap berlangsung dalam suasana saling menghargai.
Skenario 3: Penyedia Bertahan pada Harga, tetapi Siap Memberikan Layanan Tambahan
Skenario ini sering muncul ketika penyedia memiliki batas tertentu yang tidak bisa mereka turunkan, misalnya karena harga produk sudah dalam margin minimal. Dalam kondisi seperti ini, meminta diskon terus-menerus bisa membuat suasana negosiasi menjadi tegang. Namun, panitia masih dapat mengoptimalkan nilai melalui layanan tambahan seperti perpanjangan garansi, pelatihan gratis, instalasi tanpa biaya, atau tambahan unit cadangan.
Misalnya, panitia meminta penurunan harga untuk pembelian perangkat server. Penyedia mengatakan bahwa harga tersebut sudah berada pada titik minimum secara nasional. Namun penyedia bersedia memberikan pelatihan teknis untuk tim IT, garansi tambahan selama satu tahun, dan dukungan teknis selama masa kontrak.
Panitia menyadari bahwa layanan tambahan ini sangat bermanfaat dan nilainya signifikan. Karena itu, panitia tidak memaksakan penurunan harga, tetapi tetap menegosiasikan detail layanan tambahan agar tercantum jelas dalam kontrak.
Skenario seperti ini menunjukkan bahwa negosiasi tidak selalu tentang harga. Value yang ditambahkan penyedia juga dapat memberikan keuntungan besar bagi organisasi, bahkan lebih besar daripada diskon nominal.
Skenario 4: Penyedia Memberikan Harga Terlalu Rendah yang Berpotensi Berisiko
Harga yang sangat rendah memang menggoda, tetapi justru bisa menjadi tanda bahaya. Penyedia mungkin menurunkan harga secara ekstrem untuk memenangkan tender, tetapi tidak mampu memenuhi kualitas barang. Atau mereka dapat memberikan barang dengan kualitas di bawah standar, memotong layanan purna jual, atau melakukan pelanggaran kontrak di kemudian hari.
Dalam skenario ini, panitia harus berhati-hati dan tidak terburu-buru menerima harga terendah. Panitia perlu menanyakan alasan objektif mengapa harga dapat turun drastis. Jika penyedia tidak bisa menjelaskan secara meyakinkan, panitia harus mempertimbangkan risiko kegagalan kontrak.
Panitia dapat meminta penyedia menunjukkan bukti bahwa produk yang ditawarkan tetap memenuhi standar, seperti sertifikat mutu, rekomendasi pabrik, atau contoh produk. Jika penyedia tetap tidak dapat memberikan penjelasan memadai, panitia mungkin perlu merekomendasikan diskualifikasi.
Negosiasi dalam skenario ini bertujuan bukan untuk mendapatkan harga lebih rendah, tetapi untuk memastikan keandalan penyedia. Jika harga terlalu rendah berpotensi merusak kualitas, panitia harus berani mengambil sikap profesional demi menjaga integritas pengadaan.
Skenario 5: Penyedia Tidak Siap Menurunkan Harga tetapi Mau Mengubah Skema Pembayaran
Ada situasi ketika penyedia tidak bisa menurunkan harga tetapi bersedia menawarkan skema pembayaran yang lebih fleksibel. Misalnya, pembayaran dapat dilakukan bertahap sesuai progres, atau pembayaran dapat dilakukan setelah barang diuji coba.
Skenario ini sangat membantu organisasi yang memiliki keterbatasan anggaran atau sedang menyelesaikan proses penyerapan anggaran di akhir tahun. Dalam kasus seperti ini, panitia harus mengevaluasi apakah skema pembayaran alternatif benar-benar mengurangi risiko dan memberikan nilai lebih.
Panitia perlu memastikan bahwa skema pembayaran tidak mengorbankan kepastian pelaksanaan. Jika penyedia meminta termin pembayaran terlalu besar sebelum barang tiba, panitia harus menolak karena berpotensi menimbulkan risiko gagal pasok.
Negosiasi dilakukan dengan cara menegosiasikan termin yang lebih seimbang. Penyedia ingin mendapatkan kepastian pembayaran, sementara panitia ingin mendapatkan kepastian pelaksanaan. Dengan pendekatan timbal-balik, kedua pihak bisa mencapai skema yang saling menguntungkan.
Skenario 6: Negosiasi Ketika Penyedia Satu-Satunya yang Lulus Evaluasi
Dalam beberapa tender yang bersifat teknis atau spesifik, hanya satu penyedia yang berhasil lolos evaluasi administrasi dan teknis. Kondisi ini sering menimbulkan kekhawatiran bahwa penyedia akan memanfaatkan situasi monopoli untuk menawarkan harga tinggi. Dalam skenario seperti ini, panitia harus tetap melakukan negosiasi dan memastikan harga wajar.
Panitia dapat menggunakan pendekatan berbasis data dengan menunjukkan referensi harga pasar, harga historis pengadaan sebelumnya, dan perbandingan harga dari tender serupa. Dengan menunjukkan data tersebut, penyedia tidak memiliki ruang untuk menaikkan harga tanpa alasan yang dapat dibenarkan.
Panitia juga perlu memperbaiki pemahaman penyedia bahwa mereka tidak bisa menentukan harga sesuka hati meski menjadi satu-satunya penyedia yang lulus. Proses negosiasi tetap harus mengikuti prinsip transparansi dan kewajaran.
Jika penyedia memberikan argumen yang logis mengenai struktur biaya, panitia dapat menegosiasikan ruang-ruang lain seperti waktu pengiriman atau layanan purna jual untuk menambah nilai pekerjaan. Pada akhirnya, meskipun penyedia hanya satu, negosiasi tetap dapat menghasilkan kesepakatan yang adil dan tidak merugikan organisasi.
Skenario 7: Penyedia Meminta Revisi Spesifikasi selama Negosiasi
Terkadang penyedia menyampaikan bahwa spesifikasi yang diminta tidak realistis, sulit dipenuhi, atau sudah tidak tersedia di pasar. Penyedia kemudian meminta penyesuaian spesifikasi agar penawaran mereka lebih sesuai. Dalam skenario ini, panitia harus berhati-hati karena perubahan spesifikasi dapat mempengaruhi fairness tender.
Panitia tidak boleh langsung menyetujui perubahan tersebut tanpa mempertimbangkan dampak bagi peserta lain. Perubahan spesifikasi yang signifikan harus dilakukan sebelum tender dimulai atau melalui addendum yang memberi kesempatan peserta lain untuk menyesuaikan penawaran.
Jika permintaan perubahan tidak mempengaruhi esensi spesifikasi, panitia dapat menegosiasikan penyesuaian minor. Namun jika perubahan besar, panitia harus menolak demi menjaga integritas tender. Transparansi di sini sangat penting agar proses tetap adil dan dapat dipertanggungjawabkan.

